Malam itu, kalender menujukan tanggal 22 Mei 1909. Suasana cukup meriah
tampak di sebuah bangunan yang baru saja selesai dibangun di Bodjongsche,
Semarang. Di halamannya yang luas, terlihat para pria kulit putih berpakian
necis, didampingi oleh istri mer
Societeit Amicitia, pendahulu dari Societeit Harmonie. (Sumber : rijsksmuseum.nl) |
Istilah Societeit atau masyarakat awam zaman dahulu menyebutnya sebagai
soos tidak hanya merujuk pada suatu tempat hiburan yang terdapat di
setiap tempat di Hindia-Belanda. Istilah Societeit merujuk pada suatu
perkumpulan berisikan kaum borjuis kulit putih. Pembentukan societeit
pertama kali diprakarsai oleh Daendels sebagai ikhtiar untuk mengurangi
pengaruh perkumpulan rahasia seperti Freemason yang sukar diawasi pemerintah.
Sebagai Soceiteit pertama adalah Societeit Harmonie di Batavia yang dibuka pada
tahun 1814. Pembentukan Societeit kemudian menyebar di segala penjuru Hindia-Belanda dan segera menjadi pusat segala kegiatan gemerlap golongan elit
hingga akhir masa penjajahan (Lombard, 2018 : 97). Salah satu tempat yang dahulu pernah memiliki
Societeit adalah Semarang yang awalnya berlokasi di kawasan Kota Lama, tepatnya
di gedung Bank Mandiri cabang Tantular. Sebelum menjadi societeit, tempat
tersebut dulunya adalah kantor pemerintahan. Pada tahun 1854, api melalap habis
bangunan tersebut dan di lahannya itu akhirnya dibangun gedung untuk perkumpulan
Societeit Amicitia. Perkumpulan Societeit Amicita dibubarkan tahun 1896 dan
berganti menjadi Societeit Harmonie pada 22 Mei 1896.
Societeit "Harmonie" pada peta kota Semarang tahun 1909.(sumber : maps.library.leiden.edu) |
Sekitar tahun 1906, pengurus Societeit Harmonie memutuskan untuk memindahkan gedung societeit ke tempat lain. Alasannya belum diketahui namun boleh jadi karena gedung Societeit lama dirasa sudah kecil sementara jumlah anggota Soceiteit terus bertambah. Pengurus Societeit akhirnya menemukan sebidang lahan di kampung Sayidan. Tanah tersebut memiliki luas sekitar 11060 m persegi. Kemudian datanglah Nyonya Mentel yang menawarkan tanah tempat tinggalnya kepada pengurus Societeit untuk dijadikan sebagai lokasi societeit baru (De Locomotief, 25 Oktober 1906). Entah bagaimana ceritanya, pengurus Societeit Harmonie akhirnya menanggalkan pilihan awal di Sayidan itu dan memilih tanah milik Nyonya Mentel sebagai lokasi Societeit baru. Setelah memperoleh lokasi baru, gedung societeit lama dibongkar. Material sisa bongkaran dibeli seharga 10790 gulden oleh orang Tionghoa bernama Liem Tjang Tay (Soerabaiasch handelsblad, 18 Juli 1907). Lahan societeit lama kemudian dibangunkan gedung kantor Nederlandsch Handel Maatschappij yang masih berdiri sampai sekarang. Sementara itu, rumah nyonya Mentel di Bojong diruntuhkan setelah dilelang dengan harga 2300 gulden. Di atas runtuhan rumah itulah kemudian dibangun gedung societeit baru. Untuk rancangan gedungnya, panitia menggelar sayembara yang diikuti oleh 5 peserta dan kemudian dimenangkan oleh arsitek bernama Hildering (De Locomotief, 1 Oktober 1907)
Rancangan gedung Societeit Harmonie karya Hildering. (sumber : Indische Bouwkundig Tijdschrift No. 1 Tahun 1908) |
Pembukaan Societeit Harmoni diselenggarakan dalam suatu pesta meriah yang digelar pada malam tanggal 22 Mei 1909, bertepatan dengan hari jadi Societeit tersebut ke-8. Untuk hajatan itu, panitia menyediakan lebih dari 200 porsi makanan dan 80 pelayan untuk menjamu 250 tamu. Pesta tersebut dibuka oleh ketua Societeit Harmonie saat itu, J.v. Rijn van Alkemade. Jalannya pesta boleh dibilang sedikit kacau karena ada orang iseng yang menukar kartu nama pada meja yang disediakan sehingga urutan meja yang sudah ditata panitia menjadi tidak teratur. Meskipun demikian, acara pembukaan tersebut berlangsung dengan lancar (Het Nieuws van den dag voor N.I. 27 Mei 1909). Selama beberapa tahun hingga pendudukan Jepang, Societeit Harmonie menjadi jantung kehidupan sosial orang Eropa di Semarang. Di saat jenis hiburan masih terbatas, hal yang bisa dilakukan untuk membuang rasa penat setelah seharian bekerja adalah bercengkerama dengan teman di Societeit. Hal ini penting terutama bagi mereka yang baru tiba dari Belanda karena mereka akan menjumpai suatu lingkungan dan masyarakat yang begitu asing untuk mereka. Hal ini akhirnya menimbulkan perasaan homesick atau rindu dengan kampung halaman. Untuk mengobati perasaan tersebut, akhirnya mereka bertemu antar sesama orang Eropa di Societeit dan dari sana akhirnya terbina suatu hubungan yang harmonis. Inilah alasan mengapa banyak Soceteit memakai nama Harmonie karena selain Semarang, di tempat lain societeitnya juga menggunakan nama yang sama seperti di Batavia, Surakarta, Banyumas, dan lainnya. Hiruk pikuk keceriaan Societeit akan terasa saat malam hari dengan gemerlap lampu gasnya – yang kemudian diganti dengan listrik. Untuk menambah pemasukan, maka gedung Societeit Harmonie disewakan kepada pihak luar yang membutuhkan ruang untuk acara tertentu seperti ulang tahun perusahaan, pesta pernikahan, dan lainnya. Secara tidak langsung, keberadaan Soceteit akhirnya membentuk sebuah inti masyarakat Eropa yang eksklusif dan semakin mengukuhkan segrerasi sosial yang terjadi pada masa kolonial
Denah gedung Societeit. (sumber : Indische Bouwkundig Tijdschrift No. 1 Tahun 1908) |
Tapak halaman Societeit. (sumber : Indische Bouwkundig Tijdschrift No. 1 Tahun 1908) |
Gedung Societeit Harmonie di Bojong memiliki denah berbentuk seperti huruf L, dimana pintu masuknya berada di sudut bangunan menghadap ke arah Jalan Bojong. Pada bagian fasad bangunan, terdapat menara kecil yang di dalamnya terdapat tandon air untuk keperluan Societeit. Melangkah masuk ke dalam, pengunjung akan memasuki bagian vestibule atau ruang penerimaan. Jika berbelok ke kiri akan mendapati ruang permainan bilyard. Ruang bilyar tersebut terhubung dengan beranda luar dan sejumlah ruang lain seperti ruang baca, ruang prasmanan, dan toilet. Sementara itu, jika dari vestibule kemudian belok ke kanan, akan didapati aula besar serbaguna yang dapat digunakan untuk pesta dansa, perjamuan, atau rapat pertemuan besar. Di ujungnya, terdapat panggung untuk pentas. Di halaman Soceteit juga terdapat gazebo kecil untuk tempat pemain musik jika ada acara luar ruangan.
Iklan pentas musik oleh korps musik batalyon Infatrie ke-5 di Societeit Harmonie Semarang. Acara tersebut digelar sehari sesudah pembukaan gedung Societeit Harmonie. (Sumber : De Locomotief, 22 Mei 1909) |
Kegiatan perkumpulan Societeit Harmonie lumpuh saat zaman Jepang. Anggotanya yang seluruhnya adalah orang Eropa ditawan Jepang. Sementara itu, gedung Societeit digunakan sebagai kantor Palang Merah. Setelah tahun 1949, sejumlah upaya ditempuh untuk memulihkan kembali perkumpulan itu mengingat banyak anggota perkumpulan yang meninggal selama ditawan Jepang atau pergi meninggalkan Semarang dan tak kembali lagi. Salah satu upayanya adalah meleburkan perkumpulan Societeit Tjandi ke dalam Societeit Harmonie. Gedung Societeit Harmonie di Bojong saat itu masih ditempati oleh Palang Merah sehingga Societeit Harmonie memindahkan kegiatannya ke sebuah rumah tua yang berada di perbukitan Candi (De Locomotief, 24 Februari 1949). Meskipun tidak sejaya dulu, Societeit Harmonie setidaknya masih menggelar sejumlah kegiatan dan hal itu masih berlangsung hingga tahun 1960an, saat para ekspatriat Belanda diusir dari Indonesia karena adanya masalah Irian Barat (Algemeen Handelsblad 30 November 1957). Societeit Harmonie akhirnya tinggal nama belaka. Sementara itu, gedungnya yang ada di Bojong sempat mengalami beberapa kali pergantian fungsi, yakni sebagai Gedung Rakjat Indonesia Semarang (GRIS) dan pemancar RRI. Bangunan Societeit Harmonie di Bojong itu akhirnya hilang tak berbekas dan kini menjelma sebagai mall Paragon.
Sumber :
Lombard, Denys. 2018. Nusa Jawa Silang Budaya 1 : Batas-batas Pembaratan. Jakarta : Penerbit Gramedia
De Locomotief, 25 Oktober 1906
Soerabaiasch handelsblad, 18 Juli 1907
De Locomotief, 1 Oktober 1907
Het Nieuws van den dag voor N.I. 27 Mei 1909
De Locomotief, 24 Februari 1949
Algemeen Handelsblad 30 November 1957
Indische Bouwkundig Tijdschrift No. 1 Tahun 1908